Ir Soekarno (Presiden RI ke 1) |
"Jadikan deritaku ini sebagai kesaksian, bahwa kekuasaan seorang presiden sekalipun ada batasnya. Karena kekuasaan yang langgeng hanyalah kekuasaan rakyat. Dan diatas segalanya adalah kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa.” (Soekarno, 1967)
Tak lama setelah mosi tidak percaya parlemen bentukan Nasution di tahun 1967 dam MPRS menunjuk Suharto sebagai Presiden RI, Bung Karno menerima surat untuk segera meninggalkan Istana dalam waktu 2 X 24 Jam.
Bung Karno tidak diberi waktu untuk menginventarisir barang-barang pribadinya. Wajah-wajah tentara yang mengusir Bung Karno tidak bersahabat lagi. "Bapak harus cepat meninggalkan Istana ini dalam waktu dua hari dari sekarang!".
Bung Karno pergi ke ruang makan dan melihat Guruh sedang membaca sesuatu di ruang itu. "Mana kakak-kakakmu" kata Bung Karno. Guruh menoleh ke arah Bapaknya dan berkata "Mereka pergi ke rumah Ibu".
Rumah Ibu yang dimaksud adalah rumah Fatmawati di Jalan Sriwijaya, Kebayoran Baru. Bung Karno berkata lagi "Mas Guruh, Bapak tidak boleh lagi tinggal di Istana ini lagi, kamu persiapkan barang-barangmu, jangan kamu ambil lukisan atau hal lain, itu punya negara". Kata Bung Karno,
Bung Karno lalu melangkah ke arah ruang tamu Istana, disana ia mengumpulkan semua ajudan-ajudannya yang setia. Beberapa ajudannya sudah tidak kelihatan karena para ajudan bung karno sudah ditangkapi karena diduga terlibat Gestapu. "Aku sudah tidak boleh tinggal di Istana ini lagi, kalian jangan mengambil apapun, Lukisan-lukisan itu, Souvenir dan macam-macam barang. Itu milik negara.
Semua ajudan menangis saat tau Bung Karno mau pergi "Kenapa bapak tidak melawan, kenapa dari dulu bapak tidak melawan..." Salah satu ajudan separuh berteriak memprotes tindakan diam Bung Karno.
"Kalian tau apa, kalau saya melawan nanti perang saudara, perang saudara itu sulit jikalau perang dengan Belanda jelas hidungnya beda dengan hidung kita. Perang dengan bangsa sendiri tidak, wajahnya sama dengan wajahmu...keluarganya sama dengan keluargamu, lebih baik saya yang robek dan hancur daripada bangsa saya harus perang saudara". tegas bung karno kepada ajudannya.
Tiba-tiba beberapa orang dari dapur berlarian saat mendengar Bung Karno mau meninggalkan Istana. "Pak kami memang tidak ada anggaran untuk masak, tapi kami tidak enak bila bapak pergi, belum makan. Biarlah kami patungan dari uang kami untuk masak agak enak dari biasanya".
Bung Karno tertawa "Ah, sudahlah sayur lodeh basi tiga itu malah enak, kalian masak sayur lodeh saja. Aku ini perlunya apa..."
Di hari kedua saat Bung Karno sedang membenahi baju-bajunya datang perwira suruhan Orde Baru. "Pak, Bapak harus segera meninggalkan tempat ini". Beberapa tentara sudah memasuki ruangan tamu dan menyebar sampai ke ruang makan.
Mereka juga berdiri di depan Bung Karno dengan senapan terhunus. Bung Karno segera mencari koran bekas di pojok kamar, dalam pikiran Bung Karno yang ia takutkan adalah bendera pusaka akan diambil oleh tentara.
Lalu dengan cepat Bung Karno membungkus bendera pusaka dengan koran bekas, ia masukkan ke dalam kaos oblong, Bung Karno berdiri sebentar menatap tentara-tentara itu, namun beberapa perwira mendorong tubuh Bung Karno untuk keluar kamar.
Sesaat ia melihat wajah Ajudannya Maulwi Saelan ( pengawal terakhir bung karno ) dan Bung Karno menoleh ke arah Saelan.
"Aku pergi dulu" kata Bung Karno dengan terburu-buru. "Bapak tidak berpakaian rapih dulu, Pak" Saelan separuh berteriak.
Bung Karno hanya mengibaskan tangannya. Bung Karno langsung naik VW Kodok, satu-satunya mobil pribadi yang ia punya dan meminta sopir diantarkan ke Jalan Sriwijaya, rumah Ibu Fatmawati.
Di rumah Fatmawati, Bung Karno hanya duduk seharian saja di pojokan halaman, matanya kosong. Ia meminta bendera pusaka dirawat hati-hati. Bung Karno kerjanya hanya mengguntingi daun-daun di halaman.
Kadang-kadang ia memegang dadanya yang sakit, ia sakit ginjal parah namun obat yang biasanya diberikan sudah tidak boleh diberikan. Sisa obat di Istana dibuangi.
Suatu saat Bung Karno mengajak ajudannya yang bernama Nitri gadis Bali untuk jalan-jalan. Saat melihat duku, Bung Karno kepengen duku tapi dia tidak punya uang. "Aku pengen duku, ...Tru, Sing Ngelah Pis, aku tidak punya uang" Nitri yang uangnya pas-pasan juga melihat ke dompetnya, ia merasa cukuplah buat beli duku sekilo.
Lalu Nitri mendatangi tukang duku dan berkata "Pak Bawa dukunya ke orang yang ada di dalam mobil". Tukang duku itu berjalan dan mendekat ke arah Bung Karno. "Mau pilih mana, Pak manis-manis nih " sahut tukang duku dengan logat betawi kental.
Bung Karno dengan tersenyum senang berkata "coba kamu cari yang enak". Tukang Duku itu mengernyitkan dahinya, ia merasa kenal dengan suara ini. Lantas tukang duku itu berteriak "Bapak...Bapak....Bapak...Itu Bapak...Bapaak" Tukang duku malah berlarian ke arah teman-temannya di pinggir jalan" Ada Pak Karno, Ada Pak Karno...." mereka berlarian ke arah mobil VW Kodok warna putih itu dan dengan serta merta para tukang buah memberikan buah-buah pada Bung Karno.
Awalnya Bung Karno tertawa senang, ia terbiasa menikmati dengan rakyatnya. Tapi keadaan berubah kontan dalam pikiran Bung Karno, ia takut rakyat yang tidak tau apa-apa ini lantas digelandang tentara gara-gara dekat dengan dirinya. "Tri, berangkat ....cepat" perintah Bung Karno dan ia melambaikan ke tangan rakyatnya yang terus menerus memanggil namanya bahkan ada yang sampai menitikkan air mata. Mereka tau pemimpinnya dalam keadaan susah.
Mengetahui bahwa Bung Karno sering keluar dari Jalan Sriwijaya, membuat beberapa perwira pro Suharto tidak suka. Tiba-tiba satu malam ada satu truk ke rumah Fatmawati dan mereka memindahkan Bung Karno ke Bogor. Di Bogor ia dirawat oleh Dokter Hewan!...
Tak lama setelah Bung Karno dipindahkan ke Bogor, datanglah Rachmawati, ia melihat ayahnya dan menangis keras-keras saat tau wajah ayahnya bengkak-bengkak dan sulit berdiri.
Saat melihat Rachmawati, Bung Karno berdiri lalu terhuyung dan jatuh. Ia merangkak dan memegang kursi. Rachmawati langsung teriak menangis.
Malamnya Rachmawati memohon pada Bapaknya agar pergi ke Jakarta saja dan dirawat keluarga. "Coba aku tulis surat permohonan kepada Presiden" kata Bung Karno dengan suara terbata. Dengan tangan gemetar Bung Karno menulis surat agar dirinya bisa dipindahkan ke Jakarta dan dekat dengan anak-anaknya.
Rachmawati adalah puteri Bung Karno yang paling nekat. Pagi-pagi setelah mengambil surat dari bapaknya, Rachma langsung ke Cendana rumah Suharto. Di Cendana ia ditemui Bu Tien yang kaget saat melihat Rachma ada di teras rumahnya.
"Lhol, Mbak Rachma ada apa?" tanya Bu Tien dengan nada kaget. Bu Tien memeluk Rachma, setelah itu Rachma bercerita tentang nasib bapaknya. Hati Bu Tien rada tersentuh dan menggenggam tangan Rachma lalu dengan menggenggam tangan Rachma bu Tien mengantarkan ke ruang kerja Pak Harto.
"Lho, Mbak Rachma..ada apa?" kata Pak Harto dengan nada santun. Rachma-pun menceritakan kondisi Bapaknya yang sangat tidak terawat di Bogor. Pak Harto berpikir sejenak dan kemudian menuliskan memo yang memerintahkan anak buahnya agar Bung Karno dibawa ke Djakarta. Diputuskan Bung Karno akan dirawar di Wisma Yaso.
Bung Karno lalu dibawa ke Wisma Yaso, tapi kali ini perlakuan tentara lebih keras. Bung Karno sama sekali tidak diperbolehkan keluar dari kamar. Seringkali ia dibentak bila akan melakukan sesuatu, suatu saat Bung Karno tanpa sengaja menemukan lembaran koran bekas bungkus sesuatu, koran itu langsung direbut dan ia dimarahi.
Kamar Bung Karno berantakan sekali, jorok dan bau. Memang ada yang merapikan tapi tidak serius. Dokter yang diperintahkan merawat Bung Karno, dokter Mahar Mardjono nyaris menangis karena sama sekali tidak ada obat-obatan yang bisa digunakan Bung Karno.
Ia tahu obat-obatan yang ada di laci Istana sudah dibuangi atas perintah seorang Perwira Tinggi. Mahar mardjono hanya bisa memberikan Vitamin dan Royal Jelly yang sesungguhnya hanya madu biasa. Jika sulit tidur Bung Karno diberi Valium, Sukarno sama sekali tidak diberikan obat untuk meredakan sakit akibat ginjalnya tidak berfungsi.
Banyak rumor beredar di masyarakat bahwa Bung Karno hidup sengsara di Wisma Yaso, beberapa orang diketahui diceritakan nekat membebaskan Bung Karno.
Bahkan ada satu pasukan khusus KKO dikabarkan sempat menembus penjagaan Bung Karno dan berhasil masuk ke dalam kamar Bung Karno, tapi Bung Karno menolak untuk ikut karena itu berarti akan memancing perang saudara.
Pada awal tahun 1970 Bung Karno datang ke rumah Fatmawati untuk menghadiri pernikahan Rachmawati. Bung Karno yang jalan saja susah datang ke rumah isterinya itu. Wajah Bung Karno bengkak-bengkak.
bk-nikahnya-rachmawati
Ketika tau Bung Karno datang ke rumah Fatmawati, banyak orang langsung berbondong-bondong ke sana dan sesampainya di depan rumah mereka berteriak "Hidup Bung Karno....hidup Bung Karno....Hidup Bung Karno...!!!!!"
Sukarno yang reflek karena ia mengenal benar gegap gempita seperti ini, ia tertawa dan melambaikan tangan, tapi dengan kasar tentara menurunkan tangan Sukarno dan menggiringnya ke dalam. Bung Karno paham dia adalah tahanan politik.
Masuk ke bulan Februari penyakit Bung Karno parah sekali ia tidak kuat berdiri, tidur saja. Tidak boleh ada orang yang bisa masuk. Ia sering berteriak kesakitan. Biasanya penderita penyakit ginjal memang akan diikuti kondisi psikis yang kacau.
Ia berteriak " Sakit....Sakit ya Allah...Sakit..." tapi tentara pengawal diam saja karena diperintahkan begitu oleh komandan. Sampai-sampai ada satu tentara yang menangis mendengar teriakan Bung Karno di depan pintu kamar. Kepentingan politik tak bisa memendung rasa kemanusiaan, dan air mata adalah bahasa paling jelas dari rasa kemanusiaan itu.
Hatta yang dilapori kondisi Bung Karno menulis surat pada Suharto dan mengecam cara merawat Sukarno. Di rumahnya Hatta duduk di beranda sambil menangis sesenggukan, ia teringat sahabatnya itu. Lalu dia bicara pada isterinya Rachmi untuk bertemu dengan Bung Karno.
"Kakak tidak mungkin kesana, Bung Karno sudah jadi tahanan politik" ujar istri bung hatta.
Hatta menoleh pada isterinya dan berkata "Sukarno adalah orang terpenting dalam pikiranku, dia sahabatku, kami pernah dibesarkan dalam suasana yang sama agar negeri ini merdeka. Bila memang ada perbedaan diantara kami itu lumrah tapi aku tak tahan mendengar berita Sukarno disakiti seperti ini".
Hatta menulis surat dengan nada tegas kepada Suharto untuk bertemu Sukarno, ajaibnya surat Hatta langsung disetujui, ia diperbolehkan menjenguk Bung Karno.
Hatta datang sendirian ke kamar Bung Karno yang sudah hampir tidak sadar, tubuhnya tidak kuat menahan sakit ginjal. Bung Karno membuka matanya. Hatta terdiam dan berkata pelan "Bagaimana kabarmu, No" kata Hatta ia tercekat mata Hatta sudah basah.
Bung Karno berkata pelan dan tangannya berusaha meraih lengan Hatta "Hoe gaat het met Jou?" kata Bung Karno dalam bahasa Belanda - Bagaimana pula kabarmu, Hatta - Hatta memegang lembut tangan Bung Karno dan mendekatkan wajahnya, air mata Hatta mengenai wajah Bung Karno dan Bung Karno menangis seperti anak kecil.
Dua proklamator bangsa ini menangis, di sebuah kamar yang bau dan jorok, kamar yang menjadi saksi ada dua orang yang memerdekakan bangsa ini di akhir hidupnya merasa tidak bahagia, suatu hubungan yang menyesakkan dada.
Tak lama setelah Hatta pulang, Bung Karno meninggal. Sama saat Proklamasi 1945 Bung Karno menunggui Hatta di kamar untuk segera membacai Proklamasi, saat kematiannya-pun Bung Karno juga seolah menunggu Hatta dulu, baru ia berangkat menemui Tuhan.
Bung Karno tidak diberi waktu untuk menginventarisir barang-barang pribadinya. Wajah-wajah tentara yang mengusir Bung Karno tidak bersahabat lagi. "Bapak harus cepat meninggalkan Istana ini dalam waktu dua hari dari sekarang!".
Bung Karno pergi ke ruang makan dan melihat Guruh sedang membaca sesuatu di ruang itu. "Mana kakak-kakakmu" kata Bung Karno. Guruh menoleh ke arah Bapaknya dan berkata "Mereka pergi ke rumah Ibu".
Rumah Ibu yang dimaksud adalah rumah Fatmawati di Jalan Sriwijaya, Kebayoran Baru. Bung Karno berkata lagi "Mas Guruh, Bapak tidak boleh lagi tinggal di Istana ini lagi, kamu persiapkan barang-barangmu, jangan kamu ambil lukisan atau hal lain, itu punya negara". Kata Bung Karno,
Bung Karno lalu melangkah ke arah ruang tamu Istana, disana ia mengumpulkan semua ajudan-ajudannya yang setia. Beberapa ajudannya sudah tidak kelihatan karena para ajudan bung karno sudah ditangkapi karena diduga terlibat Gestapu. "Aku sudah tidak boleh tinggal di Istana ini lagi, kalian jangan mengambil apapun, Lukisan-lukisan itu, Souvenir dan macam-macam barang. Itu milik negara.
Semua ajudan menangis saat tau Bung Karno mau pergi "Kenapa bapak tidak melawan, kenapa dari dulu bapak tidak melawan..." Salah satu ajudan separuh berteriak memprotes tindakan diam Bung Karno.
"Kalian tau apa, kalau saya melawan nanti perang saudara, perang saudara itu sulit jikalau perang dengan Belanda jelas hidungnya beda dengan hidung kita. Perang dengan bangsa sendiri tidak, wajahnya sama dengan wajahmu...keluarganya sama dengan keluargamu, lebih baik saya yang robek dan hancur daripada bangsa saya harus perang saudara". tegas bung karno kepada ajudannya.
Tiba-tiba beberapa orang dari dapur berlarian saat mendengar Bung Karno mau meninggalkan Istana. "Pak kami memang tidak ada anggaran untuk masak, tapi kami tidak enak bila bapak pergi, belum makan. Biarlah kami patungan dari uang kami untuk masak agak enak dari biasanya".
Bung Karno tertawa "Ah, sudahlah sayur lodeh basi tiga itu malah enak, kalian masak sayur lodeh saja. Aku ini perlunya apa..."
Di hari kedua saat Bung Karno sedang membenahi baju-bajunya datang perwira suruhan Orde Baru. "Pak, Bapak harus segera meninggalkan tempat ini". Beberapa tentara sudah memasuki ruangan tamu dan menyebar sampai ke ruang makan.
Mereka juga berdiri di depan Bung Karno dengan senapan terhunus. Bung Karno segera mencari koran bekas di pojok kamar, dalam pikiran Bung Karno yang ia takutkan adalah bendera pusaka akan diambil oleh tentara.
Lalu dengan cepat Bung Karno membungkus bendera pusaka dengan koran bekas, ia masukkan ke dalam kaos oblong, Bung Karno berdiri sebentar menatap tentara-tentara itu, namun beberapa perwira mendorong tubuh Bung Karno untuk keluar kamar.
Sesaat ia melihat wajah Ajudannya Maulwi Saelan ( pengawal terakhir bung karno ) dan Bung Karno menoleh ke arah Saelan.
"Aku pergi dulu" kata Bung Karno dengan terburu-buru. "Bapak tidak berpakaian rapih dulu, Pak" Saelan separuh berteriak.
Bung Karno hanya mengibaskan tangannya. Bung Karno langsung naik VW Kodok, satu-satunya mobil pribadi yang ia punya dan meminta sopir diantarkan ke Jalan Sriwijaya, rumah Ibu Fatmawati.
Di rumah Fatmawati, Bung Karno hanya duduk seharian saja di pojokan halaman, matanya kosong. Ia meminta bendera pusaka dirawat hati-hati. Bung Karno kerjanya hanya mengguntingi daun-daun di halaman.
Kadang-kadang ia memegang dadanya yang sakit, ia sakit ginjal parah namun obat yang biasanya diberikan sudah tidak boleh diberikan. Sisa obat di Istana dibuangi.
Suatu saat Bung Karno mengajak ajudannya yang bernama Nitri gadis Bali untuk jalan-jalan. Saat melihat duku, Bung Karno kepengen duku tapi dia tidak punya uang. "Aku pengen duku, ...Tru, Sing Ngelah Pis, aku tidak punya uang" Nitri yang uangnya pas-pasan juga melihat ke dompetnya, ia merasa cukuplah buat beli duku sekilo.
Lalu Nitri mendatangi tukang duku dan berkata "Pak Bawa dukunya ke orang yang ada di dalam mobil". Tukang duku itu berjalan dan mendekat ke arah Bung Karno. "Mau pilih mana, Pak manis-manis nih " sahut tukang duku dengan logat betawi kental.
Bung Karno dengan tersenyum senang berkata "coba kamu cari yang enak". Tukang Duku itu mengernyitkan dahinya, ia merasa kenal dengan suara ini. Lantas tukang duku itu berteriak "Bapak...Bapak....Bapak...Itu Bapak...Bapaak" Tukang duku malah berlarian ke arah teman-temannya di pinggir jalan" Ada Pak Karno, Ada Pak Karno...." mereka berlarian ke arah mobil VW Kodok warna putih itu dan dengan serta merta para tukang buah memberikan buah-buah pada Bung Karno.
Awalnya Bung Karno tertawa senang, ia terbiasa menikmati dengan rakyatnya. Tapi keadaan berubah kontan dalam pikiran Bung Karno, ia takut rakyat yang tidak tau apa-apa ini lantas digelandang tentara gara-gara dekat dengan dirinya. "Tri, berangkat ....cepat" perintah Bung Karno dan ia melambaikan ke tangan rakyatnya yang terus menerus memanggil namanya bahkan ada yang sampai menitikkan air mata. Mereka tau pemimpinnya dalam keadaan susah.
Mengetahui bahwa Bung Karno sering keluar dari Jalan Sriwijaya, membuat beberapa perwira pro Suharto tidak suka. Tiba-tiba satu malam ada satu truk ke rumah Fatmawati dan mereka memindahkan Bung Karno ke Bogor. Di Bogor ia dirawat oleh Dokter Hewan!...
Tak lama setelah Bung Karno dipindahkan ke Bogor, datanglah Rachmawati, ia melihat ayahnya dan menangis keras-keras saat tau wajah ayahnya bengkak-bengkak dan sulit berdiri.
Saat melihat Rachmawati, Bung Karno berdiri lalu terhuyung dan jatuh. Ia merangkak dan memegang kursi. Rachmawati langsung teriak menangis.
Malamnya Rachmawati memohon pada Bapaknya agar pergi ke Jakarta saja dan dirawat keluarga. "Coba aku tulis surat permohonan kepada Presiden" kata Bung Karno dengan suara terbata. Dengan tangan gemetar Bung Karno menulis surat agar dirinya bisa dipindahkan ke Jakarta dan dekat dengan anak-anaknya.
Rachmawati adalah puteri Bung Karno yang paling nekat. Pagi-pagi setelah mengambil surat dari bapaknya, Rachma langsung ke Cendana rumah Suharto. Di Cendana ia ditemui Bu Tien yang kaget saat melihat Rachma ada di teras rumahnya.
"Lhol, Mbak Rachma ada apa?" tanya Bu Tien dengan nada kaget. Bu Tien memeluk Rachma, setelah itu Rachma bercerita tentang nasib bapaknya. Hati Bu Tien rada tersentuh dan menggenggam tangan Rachma lalu dengan menggenggam tangan Rachma bu Tien mengantarkan ke ruang kerja Pak Harto.
"Lho, Mbak Rachma..ada apa?" kata Pak Harto dengan nada santun. Rachma-pun menceritakan kondisi Bapaknya yang sangat tidak terawat di Bogor. Pak Harto berpikir sejenak dan kemudian menuliskan memo yang memerintahkan anak buahnya agar Bung Karno dibawa ke Djakarta. Diputuskan Bung Karno akan dirawar di Wisma Yaso.
Bung Karno lalu dibawa ke Wisma Yaso, tapi kali ini perlakuan tentara lebih keras. Bung Karno sama sekali tidak diperbolehkan keluar dari kamar. Seringkali ia dibentak bila akan melakukan sesuatu, suatu saat Bung Karno tanpa sengaja menemukan lembaran koran bekas bungkus sesuatu, koran itu langsung direbut dan ia dimarahi.
Kamar Bung Karno berantakan sekali, jorok dan bau. Memang ada yang merapikan tapi tidak serius. Dokter yang diperintahkan merawat Bung Karno, dokter Mahar Mardjono nyaris menangis karena sama sekali tidak ada obat-obatan yang bisa digunakan Bung Karno.
Ia tahu obat-obatan yang ada di laci Istana sudah dibuangi atas perintah seorang Perwira Tinggi. Mahar mardjono hanya bisa memberikan Vitamin dan Royal Jelly yang sesungguhnya hanya madu biasa. Jika sulit tidur Bung Karno diberi Valium, Sukarno sama sekali tidak diberikan obat untuk meredakan sakit akibat ginjalnya tidak berfungsi.
Banyak rumor beredar di masyarakat bahwa Bung Karno hidup sengsara di Wisma Yaso, beberapa orang diketahui diceritakan nekat membebaskan Bung Karno.
Bahkan ada satu pasukan khusus KKO dikabarkan sempat menembus penjagaan Bung Karno dan berhasil masuk ke dalam kamar Bung Karno, tapi Bung Karno menolak untuk ikut karena itu berarti akan memancing perang saudara.
Pada awal tahun 1970 Bung Karno datang ke rumah Fatmawati untuk menghadiri pernikahan Rachmawati. Bung Karno yang jalan saja susah datang ke rumah isterinya itu. Wajah Bung Karno bengkak-bengkak.
bk-nikahnya-rachmawati
Ketika tau Bung Karno datang ke rumah Fatmawati, banyak orang langsung berbondong-bondong ke sana dan sesampainya di depan rumah mereka berteriak "Hidup Bung Karno....hidup Bung Karno....Hidup Bung Karno...!!!!!"
Sukarno yang reflek karena ia mengenal benar gegap gempita seperti ini, ia tertawa dan melambaikan tangan, tapi dengan kasar tentara menurunkan tangan Sukarno dan menggiringnya ke dalam. Bung Karno paham dia adalah tahanan politik.
Masuk ke bulan Februari penyakit Bung Karno parah sekali ia tidak kuat berdiri, tidur saja. Tidak boleh ada orang yang bisa masuk. Ia sering berteriak kesakitan. Biasanya penderita penyakit ginjal memang akan diikuti kondisi psikis yang kacau.
Ia berteriak " Sakit....Sakit ya Allah...Sakit..." tapi tentara pengawal diam saja karena diperintahkan begitu oleh komandan. Sampai-sampai ada satu tentara yang menangis mendengar teriakan Bung Karno di depan pintu kamar. Kepentingan politik tak bisa memendung rasa kemanusiaan, dan air mata adalah bahasa paling jelas dari rasa kemanusiaan itu.
Hatta yang dilapori kondisi Bung Karno menulis surat pada Suharto dan mengecam cara merawat Sukarno. Di rumahnya Hatta duduk di beranda sambil menangis sesenggukan, ia teringat sahabatnya itu. Lalu dia bicara pada isterinya Rachmi untuk bertemu dengan Bung Karno.
"Kakak tidak mungkin kesana, Bung Karno sudah jadi tahanan politik" ujar istri bung hatta.
Hatta menoleh pada isterinya dan berkata "Sukarno adalah orang terpenting dalam pikiranku, dia sahabatku, kami pernah dibesarkan dalam suasana yang sama agar negeri ini merdeka. Bila memang ada perbedaan diantara kami itu lumrah tapi aku tak tahan mendengar berita Sukarno disakiti seperti ini".
Hatta menulis surat dengan nada tegas kepada Suharto untuk bertemu Sukarno, ajaibnya surat Hatta langsung disetujui, ia diperbolehkan menjenguk Bung Karno.
Hatta datang sendirian ke kamar Bung Karno yang sudah hampir tidak sadar, tubuhnya tidak kuat menahan sakit ginjal. Bung Karno membuka matanya. Hatta terdiam dan berkata pelan "Bagaimana kabarmu, No" kata Hatta ia tercekat mata Hatta sudah basah.
Bung Karno berkata pelan dan tangannya berusaha meraih lengan Hatta "Hoe gaat het met Jou?" kata Bung Karno dalam bahasa Belanda - Bagaimana pula kabarmu, Hatta - Hatta memegang lembut tangan Bung Karno dan mendekatkan wajahnya, air mata Hatta mengenai wajah Bung Karno dan Bung Karno menangis seperti anak kecil.
Dua proklamator bangsa ini menangis, di sebuah kamar yang bau dan jorok, kamar yang menjadi saksi ada dua orang yang memerdekakan bangsa ini di akhir hidupnya merasa tidak bahagia, suatu hubungan yang menyesakkan dada.
Tak lama setelah Hatta pulang, Bung Karno meninggal. Sama saat Proklamasi 1945 Bung Karno menunggui Hatta di kamar untuk segera membacai Proklamasi, saat kematiannya-pun Bung Karno juga seolah menunggu Hatta dulu, baru ia berangkat menemui Tuhan.
Haru sekali... bagaimana cara menghormati dan menghargai sesorang? apalagi yang berjasa besar untuk bangsanya.
BalasHapusAir mata mengalir waktu membaca. Tuhan maha adil.. Bapak pasti mendapatkan imbalan dari amal perjuangannya untuk bangsa dan negara, dan keiklasan untuk menerima kekalahan demi persatuan bangsa, sehingga tidak terjadi perang saudara.
ampe kluar aer mata saya...
BalasHapusMohon maaf saya akan ber-statement agak keras... terkadang orang-orang yang terlalu menjilat pimpinan adalah manusia yang bertindak ekstrim melampaui yang diperintahkan dan sering mengabaikan peri kemanusiaan, demi cari muka! Oknum tentara yang memperlakukan Bapak Soekarno dengan keji, adalah manusia yang hina, setidaknya di mata saya.
BalasHapusIni lah bukti bahwa kita harus menghormati para pahlawan dan apa yang dilakukan BAPAK sungguh luar biasa, ini contoh pemimpin yang legowo, dia tidak mau sampai ada perang saudara meski dia harus menerima penderitaan yang luar biasa. ALLOH membalas semua budi baik BAPAK SOEKARNO
BalasHapusTentara menangis didalam hati, jika Tentara tidak loyal dengan Pangti (presiden Soeharto saat itu) maka itu tidak bener. Hidup KKO
BalasHapusSampai merinding bacanya...
BalasHapusiyaaa... sampai ikut merasakan penderitaan Beliau... SEDIIH
HapusYa Allah terimalah amal dan ibadah Bung Karno dan Bung Hatta dan tempatkan mereka di surga, aamiin.
BalasHapusAminn ya Allah...
Hapusboleh izin reblogged ya kak?
BalasHapussumber disertakan, terima kasih:)
BalasHapusSilahkan dengan senang hati :)
Hapussedih bacanya, sampai nangis
BalasHapusbetapa kejamnya politik :(
ijinshare om
BalasHapusyang duduk di parlemen harusnya pada berkaca sama baliau...seorang prokalmator yg di akir hidupnya harus hidup menderita dengan legowonya karena tidak mau melihat perang saudara....dan terharu dengan persaudraan mereka walaupun di pemerintahan mungkin kurang akur tp di sebuah kehidupan terlihat kebersamaan dan saling menghargai ...""Sukarno adalah orang terpenting dalam pikiranku, dia sahabatku, kami pernah dibesarkan dalam suasana yang sama agar negeri ini merdeka. Bila memang ada perbedaan diantara kami itu lumrah tapi aku tak tahan mendengar berita Sukarno disakiti seperti ini". "
BalasHapusKejam...
BalasHapusLuar biasa.....
BalasHapussakit bacanya
BalasHapusPOLITIK
BalasHapusSumbernya dari mana ya?
BalasHapusBaxxxxx...kata yg tepat utk pemerintah waktu itu! katanya berke-Tuhanan....mana?
BalasHapusDisinilah kita bisa mengerti sebenarnya (...Kepentingan politik tak bisa memendung rasa kemanusiaan,...)
BalasHapusBung Karno sendiri berkata : ( Kalian tau apa, kalau saya melawan nanti perang saudara, perang saudara itu sulit jikalau perang dengan Belanda jelas hidungnya beda dengan hidung kita. Perang dengan bangsa sendiri tidak, wajahnya sama dengan wajahmu...keluarganya sama dengan keluargamu, lebih baik saya yang robek dan hancur daripada bangsa saya harus perang saudara ).
Akhir Akhir ini dagelan politik yang semakin kacau. Saya berharap kepada semua yang membaca comment saya, tolong kita jangan terhanyut dalam dagelan politik tersebut karena bisa memecah belah kesatuan bangsa kita.
Kasihan para Pahlawan kita yang berusaha mempersatukan negara kita dengan taruhan nyawa. Semoga kita tetap bisa bersatu sebagai satu bangsa. Terima Kasih
Hanya berhati seorang monsterlah yg mampu melakukan seperti itu ,smoga Allah senantiasa melimpahkan rahmad dan hidayahnya sealama maih hdup dan mendapatkan tempat disisi Allah SWT , Amin2 ya Robbal Alamin
BalasHapusYa allah ternyata hidup itu tidak selalu indah seperti awalnya kehidupan bisa berubah seiring berjalannya waktu terimakasih bpk Soekarno atas jasa,pengabdianmu sebagai proklamator negri ini semoga tuhan menerimamu disisi-nya Amin ya robbal alamiin
BalasHapusSemoga para tentara itu sadar akn perbuatannya walaupun sdang di alam sana
Dan semoga para pejabat serta politikus negri ini meniru dan menelaanii sikap dari Soekarno ini dan selalu menjunjung pancasila dan UUD 1945 sbagai landasan negara bukan keputusan partai politik sbagai landasan kekayaan hidup saja
Sediiiih banget sampai terbata-bata saat aq membacanya...keluar air mata.... ko begitu siih beliau diperlakukan...walau bagaimanapun beliau adalah pejuang bangsa dan negara Indonesia ini.. Semoga Beliau diterima amal ibadahnya dan diampuni kesalahannya oleh Allah SWT... Aamiin...
BalasHapusampe nangis bacanya.. komandan itu siapa? yg jadi pertanyaanku sekarang #penasaran #geregetan
BalasHapuspatut dicontoh oleh semua pemimpin di indonesia,
BalasHapussunguh hebat sang proklamator kita dlm memperjuangkan bangsa ini
BalasHapusSungguh luar biasa ketegaran seorang Proklamator.... saat aku membacanya hatiku sangat terharu... sedih... ingin rasanya aku memberontak atas perlakuan para tentara yang keji dan tidak mengenal perikemanusiaan itu. Seorang proklamator yang telah memerdekakan dan mempersatukan bangsa ini tidak dihargai jasa besarnya, diakhir hayatnya malah disiksa secara keji oleh elit politik saat itu....Bung Karno !!! Namamu tetap dikenang dari generasi ke generasi....
BalasHapusBung Karno abadi di hati rakyat indonesia
BalasHapusIR SOEKARNO adalah PRESIDEN BANGSA INDONESIA SEPANJANG MASA...(y)
BalasHapusijin share ya..mas....
BalasHapusHemmmmmhhh....suatu contoh jiwa besar dr seorang pemimpin bangsa yg tdk mau hasil perjuangan besar rakyatnya menjadi runtuh karena belum bisa menghargai n menghormati perbedaan. Bangsa dan rakyat indonesia sering terjebak oleh pengkotak kotakan yg dtiupkan oleh orang lain, juga oleh ketidak mauannya tuk menggali nilai luhur. Semuanya berlomba dr hari k hari..minggu..bulan..n tahun k tahun memenuhi kebutuhan perut saja..hal lain sebagai penyeimbang kehidupan bernegara tuk membentuk jati diri n karakter bangsa d abaikan..dsepelekan...disiplin..jujur..etika..sopan santun..budi pekerti..moral..kerja keras..menjadi suri tauladan tuk generasi berikut hanya jadi bahan perdebatan..diskusi dlsb..hal itu semua diatas menunggu siapa yg hrs mulai lebih dahulu...?
BalasHapusHarus diri kita sendiri yg mulai....tdk bisa ditunda...mulailah saat ini juga..!!!
perang saudara lebih sulit daripada perang melawan belanda
BalasHapus"lebih baik saya yang robek dan hancur daripada bangsa saya harus perang saudara"
Bingung comment apa untuk keteguhan Bapak
ijin share ya gan
BalasHapusIZIN SHARE
BalasHapus"Kalian tau apa, kalau saya melawan nanti perang saudara, perang saudara itu sulit jikalau perang dengan Belanda jelas hidungnya beda dengan hidung kita. Perang dengan bangsa sendiri tidak, wajahnya sama dengan wajahmu...keluarganya sama dengan keluargamu, lebih baik saya yang robek dan hancur daripada bangsa saya harus perang saudara". tegas bung karno kepada ajudannya.
BalasHapus#untuk para pemimpin2 negeriku#
Subhanallah sifat pak karno:')... sampe mnangis terisak2 neh bacanya.
BalasHapusPantaskah seorang yg tlah mbuat negara kita indonesia ini merdeka diperlakukan seperti itu...
Pak karno akn terkenang sepanjang masa.. love you pak karno:-)
ojo dumehh ada nya dulu ada nya sekarang pak korno .pah lawan teladan
HapusBung Karno adalah pemimpin bangsa Indonesia yg blm ada tandingannya. Berwibawa, tegas, merakyat. Terkutuklah orang2 yg menyengsarakan hidupnya diakhir hayatnya.
BalasHapusSem0ga bapak tenang di sana dan mendapatkan kebaikan di sana
BalasHapusaaamiin ;-( ;-( ;-(
Semoga bapak bung karno tenang dan mndapatkan kbaikan
BalasHapusDan dhapuskan ksalahannya
Namamu tetap dikenang dari generasi ke generasi....
Terimakasih atas perjuangan mu
Bapak Bungkarno
Ik hou van je
BalasHapus#akumencitaimu
:.)
Dan memang air mata adalah bahasa paling jelas dari rasa kemanusiaan...
BalasHapusIjin share....
BalasHapusYa Allah... Terimalah amal ibadah mereka dan tempatkan mereka disisimu Ya Allah....
BalasHapusmantap. jaya indonesiaku, akan terlahir sosok seprti beliau2 jika masi menanamkan dalam diri RASA INDONESIA
BalasHapusKenapa tidak ada yang mengeritik SUHARTO yang tidak punya prikemanusian.apa kalian takut YAAAAA?
BalasHapusgak bisa bilang apa-apa ;(
BalasHapuscukup air mata aja yang menjelaskan. ;( ;(
Jika memang benar ini kisah nyatanya Beliau, sungguh Miriss..!!!
BalasHapusTerbukti Lidah lebih tajam dari pada pedang, fitnah lebih kejam dari pada pembunuhan.
Dan setiap membaca ini ak selalu menangis
BalasHapushati siapa yg tdk teriris perih membaca akhir kisah proklamator, pejuang sejati seperti ini. Sungguh laknat org yg berbuat sekeji itu.
BalasHapusBaru tau klo kisah bung Karno saat terakhr kekuasaan beliau sgt memilukan, air mataku mngalir terus saat baca artikel ini...manusia laknat yg tega memperlakukn beliau spt itu!!
BalasHapussedih bet w bacanya sampe nangis... begitu naasnya bapak kita, orang yg sudah membawa negara ini merdeka harus menjalani masa tua yg begitu buruk, sakit yg parah serta tinggal di kamar yg jorok dan bau tanpa ada yg menemani, semua itu dia lakukan agar tidak terjadi perang saudara, tapi lihat apa yg kita lakukan sekarang ? sesama saudara kita yg sama2 lahir di Indonesia saling berebut kekuasaan, saling menjatuhkan satu sama lain, sudah cukup derita bapak kita sang proklamator menderita dan menangis sebelum kematiannya, jangan buat ia menangis melihat kelakukan bangsa kita saat ini yg haus kekuasaan yg saling menjatuhkan satu sama lain, "kita ini saudara" T-T serius w nangis bro !!
BalasHapusLuar Biasa Bapaku.
BalasHapusBeneran pengen nangis ! ( hati ini menangis membaca dan membayangkan nya ).......=(
BalasHapusYang suka SELFIE dan PROMO" mending POST photo dan PROMONYA nya disini dijejaring satu ini karena dinilai dengan dollar setiap update status
lumayankan sambil selfie terus diposting trs dapat dollar
daripada di medsos lain gadapat apa'' udh bertahun'' lagi .
------------------------------------------------------------------------------------------
Baca Artikelnya di merdeka :)
http://www.merdeka.com/teknologi/tsu-jejaring-sosial-yang-justru-bayar-penggunanya.html
------------------------------------------------------------------------------------------
DAFTAR : https://www.tsu.co/nirzha
------------------------------------------------------------------------------------------
Disini semua aktifitas anda akan dihitung; like, komen, update status, unggah gambar, vedio dll (ada nilainya dan dibayar dg dollar) karena 90% keuntungan TSU dibagi ke pengguna.
Cepetan gabung mumpung masih promo
Silahkan tanya'' layanan 24 jam fast respon & recomended sponsored
------------------------------------------------------------------------------------------
Pertimbangkan keterlibatan Anda di Tsu menjadi investasi jangka panjang. Membangun hubungan nyata, berinteraksi dengan pengikut Anda, posting / share konten yang bermakna, dan Anda akan menuai manfaat. Kami adalah awal generasi Tsu, dan Anda berada di sini untuk awal revolusi. Mari ambil peluang ini semoga kita sukses bersama.
------------------------------------------------------------------------------------------
Together We Share & We Love Share !
See U & Be There !
Gan, izin copas nih buat d blog ane.. dibawah ny psti ane cantumin link sumber ny
BalasHapusArtikel ini sangat inspiratif. tak tulis ulang di web saya saja ya
BalasHapusMohon izin nya
Mengharukan....terima kasih utk tulisannya yg memberi informasi dan inspirasi. Agar tdk meng-ulang kesalahan yg sering dilakukan rezim Suharto dlm hal memelintir dan meng-hapus sejarah dan agar sejarah bercerita apa adanya, akan lebih baik andai penulis mencantumkan referensi atau sumber beritanya
BalasHapusSrmoga Allah memberikan tempat yg terbaik.
BalasHapussaya baru tau kali ini akhir dri kisah bung karno..
semoga terlahir kmbali sosok pemimpin seperti bung karno.
AMIN... AMIN...
Izin numpang ngeshare ya gan...
BalasHapuspengen nangis sekenceng-kenceng nya deh :'( :'( :'(
BalasHapusSumbernya gak jelas,,,,, TAPI ENTAH MENGAPA AKU PERCAYA.....DAN SEPERTINYA BUNG KARNO DI ALAM SANA JUGA TIDAK AKAN TENANG JIKA MENYAKSIKAN KONDISI NEGERI YANG DICINTAINYA INI AMBURADAL SEPERTI INI,,,,, DAN SEPERTINYA KONDISI NEGERI YANG KACAU INI JUGA KARENA BELIAU,,, YAITU KARENA BELIAU TIDAK DIHORMATI SEBAGAI PAHLAWAN BESAR SEBAGAAIMANA MUSTINYA,, MAKA NEGERI INI AKAN TETAP MENJADI SEPERTI "RUMAH BESAR TUA YANG BANYAK HANTUNYA"
BalasHapusizin copas ya gan,dan gk lupa pasti aku cantumkan juga sumbernya,thanks..
BalasHapusLaknatulltah yg mmbuat konspirasi ini. Bung Karno - bung Hatta semoga amal ibadah diterima di sisiNya.
BalasHapusbapak almarhum soeharto : masa kecil saya di jaman bapak , bapak sepertinya harus bertanggung jawab atas semua hasil bapak sekarang . kami rindu Presiden Soekarno bukan nama bapak (soeharto)
BalasHapusPelajaran ....berharga....
BalasHapusPelajaran utama yang harus dipetik dari peristiwa Soekarno..... Penderitaan Soekarno merupakan bagian dari perbuatannya yang telah menyakiti masyarakatnya.... Ia mengingkari perjanjiannya dengan Daud Beureueh, dimana dalam perjajiannya setuju atas harapan Daud Beereueh untuk mengibarkan bendera Islam dalam memerdekan Indonesia....Ia berjanji dengan Daud Bereeueh (atas nama masyarakat Aceh) jika Indonesia akan dibangun dibawah bendera Islam.... namun setelah Suekarno berkuasa, malahan menggabungkan kewedanan Aceh Atas Sumatera....Ini peristiwa yang sangat menyesakkan masyarakat Aceh.....Tentu kondisi ini harus menjadi Ibrah (pelajaran) bagi pemimpin Bangsa sekarang untuk tidak pernah mengingkari kepercayaan rakyatnya.....jangan menyakiti rakyat hanya untuk kepentingan polotik dan segelintir orang...dan apalagi haanya untuk meluluskan harapan-harapan BARAT......
BalasHapusshare berintanya
BalasHapusakan d sertakan pula sumbernya
ijin share ya gan
BalasHapusItu terjadi pada masa soeharto, yang sok pahlawan itu. Padahal soekarno sudah bilang dia tidak akan melawan untuk menghindari perang saudara.
BalasHapusNegara yg tdk pernah tau cara mengenang dan berterima kasih atas jasa-jasa besar para pahlawan - jadinya seperti saat ini korupsi merajalela
BalasHapusMasha Allah sampai nangis Saya bacanya, meski disisi hati lainnya ada keraguan sedemikian menderitanyakah Founding Father kita diakhir kekuasaannya???
BalasHapusnamun, mengingat betapa bangga dan bersemangatnya Bapak Saya kalau berbicara tentang Bapak proklamator ini, rasanya tak salah jika Saya mempercayai semua kebaikan Presiden RI-1 sehingga dia sangat dicintai rakyatnya, bahkan almarhum Bapak Sayapun, meski dia menjadi abdi negara di era Orba, namun banyak kebijakan2 Orba yang menurutnya tak sepaham, salahsatunya adalah bahwa semua abdi negara harus "mencoblos" partai yang ditentukan Pemerintah ORBA termasuk keluarganya. Almarhum Bapak Saya tetap dg nekatnya tak mencoblos itu, dan alhasil setiap pengajuan pangkat dan kenaikan golongan sering ditunda hingga 2-3 periode, bahkan diakhir masa pengabdiannyapun, dia tidak ambil pusing saat rekan seangkatan yang lulus dari sekolah yang sama dengannya pensiun di gol IV.A - IV.B, dan dia masih di gol. III.A, baginya, bukan itu yang dikejarnya, namun bagaimana kita manusia sebagai rakyat berlaku dan berbuat untuk negerinya.... dan cara pandang hidupnya sering berkaca dan mengikuti ala Founding Father. semoga segala kebaikan, amal dan ibadah Bapak Soekarno, bapak Hatta dan Bapak Saya diterima ALLAH SWT. dan mendapat tempat selayak-layaknya di Surga-NYA. amin.
Izin share y Shob...
BalasHapusSOEHARTO ITU MEMANG BONEKA AMERIKA DAN INGGRIS!!!
BalasHapusJAHAT SEKALI , DAN TIDAK BERPERIKEMANUSIAAN!!!